Menghadapi musim kemarau, peternak sapi dan kambing di Dusun Karangsari, Desa Karangrejek, Wonosari Gunungkidul membuat pakan ternak alternatif yang terbuat dari olahan sampah daun kering.
Ton Martono, penggagas pakan ternak alternatif mengatakan bahwa munculnya ide untuk membuat pakan alternatif berawal dari kecemasan para peternak yang sulit mendapatkan pakan hijauan pada saat musim kemarau.
Selain itu, harganya yang mahal pun membuat Martono mencari akal untuk mencari alternatif pakan ternak. Martono menyebutkan sejumlah bahan pembuat pakan yang dinilai lebih ramah kantong peternak dan mudah diperoleh masyarakat.
“Bahan dasarnya gratis, lalu campurannya tak sampai habiskan biaya puluhan ribu. Caranya pun hanya sederhana saja,” kata dia saat dijumpai Harianjogja.com, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, untuk adonan sepuluh kg daun kering, beberapa bahan campuran yang diperlukan ialah satu setengah kilogram polar atau katul, sepuluh sendok makan garam krosok, sepuluh tetes tebu, lima liter air, satu tutup botol Suplemen Organik Cair (bahan fermentasi), satu ons bubuk kayu mahoni.
Selain mudah mendapatkan bahan pembuatnya, harganya pun murah. Jika dikalkulasi, bahan untuk sepuluh kg hanya mengahabiskan biaya kurang lebih Rp15.000. Dibandingkan dengan pakan ternak yang harus membeli di pasaran, yakni Rp20.000 setiap kali makan.
Sehingga dalam sehari membutuhkan biaya Rp40.000 untuk satu ekor sapi. Sedangkan, dengan pakan alternatif, satu ekor sapi dalam sehari hanya membutuhkan lima kg.
“Kalau adonan sepuluh kilogram bisa untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak selama dua hari,” kata dia.
Ia menjelaskan, pembuatan pakan melalui proses fermentasi tersebut dinilai lebih kaya gizi, dapat menambah nafsu makan ternak dan meningkatkan kekebalan tubuh ternak. Dengan kelebihan tersebut, Martono yakin peternak akan diuntungkan dengan pakan alternatif tersebut.
Di sisi lain, semua dedaunan kering dapat digunakan untuk membuat olahan pakan tersebut, sehingga otomatis membantu menyingkirkan samaph daun yang sebelumnyatak begitu manfaat.
Dikatakannya, beberapa peternak dari Kecamatan di Gunungkidul dan sejumlah daerah lain pun turut menggali ilmu dengannya untuk mempraktekkan membuat pakan ternak.
Kepala Dinas Peternakan, Krisna Berlian mengatakan bahwa ia mengapresiasi ide pakan alternatif yang dibuat oleh Ton Martono. Menurutnya, dengan kesadaran pribadi meracik atau membuat pakan oleh peternak, dapat menjadi solusi bagi tantangan terbesar dalam budidaya ternak saat ini yakni penyediaan pakan. Dikarenakan biaya produksi pakan dinilai masih cukup tinggi.