Penyakit mastitis sering terjadi pada sapi perah akibat bakteri patogen jenis Staphylococcus aureus danStreptococcus agalactiae. Akibat infeksi bakteri tersebut baik kilinis maupun subkilinis menyebabkan peternak mengalami kerugian dari segi ekonomi. Sapi perah akan mengalami penurunan produksi dan kualitas susu menurun, bahkan bisa sampai mengakibatkan terjadinya pengaafikiran dini pada sapi perah produktif.
Dengan latar belakang tersebut membuat Fadel Rizky Fudhola, Dedy Surya Pahlawan dan Yose Desvera yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian penggunaan cat anti bakteri di kandang sapi perah untuk menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga meminimalisir kerugian bagi peternak. Ternyata, penelitian tersebut mengantarkan mereka keluar sebagai juara dua pada kompetisi Sains Veteriner di FKH Universitas Brawijaya (UB), Malang Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Materi dan Metode
Fadel mengungkapkan bahan dasar dalam pembuatan cat anti bakteri berupa cat dan garam. Peran utamanya adalah garam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada lantai kandang sapi perah maupun sebaran feses. Untuk ketersediannya pun garam sangat mudah ditemukan dan harganya sangat terjangkau, sehingga mudah diaplikasikan bagi peternak rakyat.
Kandungan garam bisa digunakan sebagai antiseptik, misalnya pada manusia yang terkena penyakit sariawan. Dengan berkumur-kumur menggunakan campuran garam, sariawan bisa sembuh. Dalam Rahayu et al. (1992) dipaparkan Fadel garam dapat berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk patogen karena mempunyai sifat – sifat antimikroba sebagai berikut ; garam akan meningkatkan tekanan osmotik substrat. Lalu, garam menyebabkan terjadinya penarikan air, sehingga mikroorganisme tidak akan tumbuh diikarenakan sel kehilangan air dan mengalami pengerutan.
Ionisasi garam akan menghasilkan ion khlor yang beracun terhadap mikroorganisme. Serta, garam dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi protein.“Meskipun jenis bakteri berbeda, namun kita berasumsi garam pun bisa membunuh bakteri yang ada di feses sapi,” cetusnya.
Untuk metode, penyiapan media bakteriologis. Pada tahap ini dilakukan proses penyediaan media bakteriologis sebagai media pertumbuhan bakteri feses sapi yang akan diamati dan diteliti. “Media yang dipilih adalah agar darah (blood agar),” ucapnya.
Lalu, pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil feses menggunakan Cotton Bud (steril), setelah itu direndamkan dengan berbagai konsentrasi garam yang berbeda (A%, B%, C% dan D%) selama rentang waktu yang berbeda (5, 10, 15 dan 30 menit). Untuk konsentrasi garamnya dikisaran 8 – 32 persen. Selanjutnya dilakukan penggoresan sampel feses yang telah direndamkan garam ke dalam media agar darah.“Pembuatan cat anti bakteri dilakukan pencampuran bahan cat berbasis minyak terhadap garam dengan melihat kemampuan cat untuk kering,” ujarnya.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian dipaparkan Fadel cat mulai kering membutuhkan waktu selama 1 jam setelah dilakukan pencampuran cat dengan formula garam melalui perbandingan 1:1. Selain itu, hasil menunjukkan garam pada beberapa konsentrasi sudah dapat efektif untuk membunuh bakteri. Kadar garam tinggi dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen, kecuali bakteri halofilik. “Osmoralitas terbukti dapat membunuh bakteri dan mengurangi jumlahnya dalam di feses,” urainya.
Dia menuturkan cat anti bakteri ini di desain seperti pembersih lantai untuk mengurangi jumlah bakteri-bakteri yang ada dilantai kandang sapi perah. Cara kerjanya, ia utarakan relatif lebih mudah seperti melakukan pengecatan dinding atau tembok pada umumnya. Akan tetapi, diaplikasikan untuk lantai kandang sapi perah dengan campuran garam. “Namun cat anti bakteri ini tidak menggunakan thinner (pengencer cat) karena kita belum melakukan penelitian lebih lanjut dan bagaimana dampaknya terhadap cat anti bakteri ini,” jelasnya.