Sulawesi Tengah juga memiliki jenis domba lokal yang dikenal dengan Domba Palu, atau karena memiliki ekor gemuk, dikenal juga dengan sebutan doma ekor gemuk atau domba kibas. Domba Palu telah ditetapkan sebagai Rumpun Domba Palu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 697/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal 13 Pebruari 2013.
Domba Palu
Domba Palu ini umumnya berkembang di Kawasan Lembah Palu yang meliputi Wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, diluar Kawasan Lembah Palu yakni Kabupaten Tolitoli sebesar 1,88% dari total domba di Sulawesi Tengah.
Sistem pemeliharaan Domba Palu umumnya masih tradisional yakni digembalakan di padang penggembalaan umum disekitar kawasan pemeliharaan domba yang setiap hari hanya merumput (mengkonsumsi) hijauan pakan yang terbatas baik kualitas maupun kuantitas.
Domba lokal Palu mempunyai beberapa keunggulan antara lain:
- dapat bertahan hidup dengan pakan berkualitas rendah,
- mampu bertahan hidup pada tekanan iklim relatif panas,
- daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan parasit.
Keunggulan Domba Palu lainnya adalah kualitas dagingnya cukup baik dengan sebaran partikel lemak (marbling) yang rendah dan tidak berbau khas sehingga daging domba ini sangat digemari oleh konsumen meskipun harga jual hidup maupun dagingnya cukup tinggi.
Kekayaan Genetik
Tingginya angka pemotongan Domba Palu yang diikuti dengan angka kelahiran rendah mengakibatkan kecenderungan terjadi penurunan jumlah populasi. Jumlah populasi tahun 2011 hanya 8.565 ekor, menurun dratis dari tahun 2007 yang mencapai 17.457 ekor.
Domba Palu merupakan sumberdaya genetik (plasma nutfah) ternak yang dapat dikembangkan untuk pengembangan dan perbaikan mutu genetik bangsa domba secara regional dengan tetap menjaga kemurnian dan kelestariannya.