Siapa yang tidak kenal makanan dari olahan daging ayam? Selain rasanya yang nikmat, daging ayam juga memiliki rasa yang lezat jika dijadikan bahan dalam memasak. Namun ternyata, ayam kampung lebih diminati loh di Indonesia. Selain memiliki manfaat dan gizi yang lebih, ayam kampung juga memiliki rasa yang lebih gurih jika dimasak. Tentu hal ini menjadi peluang atau alasan mengapa kita harus beternak ayam kampung di Indonesia.
Buat kamu yang ingin mencoba beternak ayam kampung, namun tidak yakin akan potensinya, Berikut ini akan dijabarkan 10 alasan mengapa kamu harus beternak ayam kampung.
-
Tingginya Permintaan
Semakin maraknya rumah makan dan restoran terutama di daerah perkotaan yang menyajikan aneka kuliner dari daging ayam kampung menjadi salah satu bukti bahwa permintaan konsumen yang cukup tinggi.
Populasi ayam kampung di Indonesia pada tahun 2017 berjumlah 299.701.400 ekor naik 11.258.551 menjadi 310.959.951 tahun 2018. Oleh karena itu, permintaan daging ayam kampung dalam periode 2017-2021 akan meningkat sebesar 9,92% per tahun. Ayam kampung digunakan untuk konsumsi dalam dan luar rumah tangga yang merupakan permintaan industri kuliner, industri katering, hotel, rumah makan dan restoran.
-
Harga jual relatif stabil dan tinggi.
Harga jual daging ayam kampung di beberapa pasar di Jakarta pada bulan Agustus 2019 berkisar Rp35.000-Rp40.000 per ekor. Sedangkan harga daging ayam broiler sekitar Rp20.000 per kg.
Sementara itu, pada hari Raya penjualan harga ayam untuk ukuran 2 kg – 3 kg adalah Rp. 70.000 – Rp. 80.000/kg di kandang. Sedangkan di pasar di Jakarta, ayam jago besar saat hari raya bisa meningkat mencapai Rp. 130.000 – 150.000/ekor hidup (Zulkarnain, 2008)
Harga jual daging ayam kampung mengikuti bobotnya. Semakin berat ayam tersebut harganya akan ikut naik. Meski pasar membutuhkan ayam muda dengan bobot 0,8-1 kg, tetapi bila bobotnya di atas 1 kg harganya akan ikut naik. Dengan kata lain, peternak dapat menentukan waktu panen yang tepat untuk meningkatkan nilai jual hasil ternaknya.
-
Tumpuan pemenuhan kebutuhan protein hewani
Protein hewani sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dari jumlah ternak unggas, sekitar 67% kebutuhan daging dipasok dari daging ayam ras dan hanya 23% disediakan dari ayam kampung, dan 10% lainnya dari unggas lain.
Meski sumbangan daging ayam ras merupakan yang terbesar tetapi pasokan daging ayam tersebut hanya menjangkau daerah-daerah perkotaan. Pada hal Indonesia adalah negeri yang sangat luas dengan 18 ribu pulau besar dan kecil. Daging ayam kampung dapat memberikan kontribusi yang besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi bagi masyarakat Indonesia hingga ke pelosok-pelosok desa.
-
Usaha yang dilindungi oleh pemerintah untuk usaha kecil, menengah, dan koperasi
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal yang merupakan penyempurnaan Keputusan Presiden Nomot 127 Tahun 2001, menyatakan bahwa pembibitan dan budi daya ayam buras serta persilangannya merupakan usaha yang dicadangkan untuk UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi – Reserved for Small, Micro, and Medium Enterprises and Cooperatives).
Dengan demikian usaha peternakan ayam kampung tertutup bagi para pemodal besar mulai dari usaha pembibitan hingga pembesaran serta usaha persilangan ayam kampung yang merupakan upaya perbaikan mutu genetis agar diperoleh peningkatan produksi daging dan telur.
-
Perputaran uang berlangsung cepat
Zukarnain (2008) mengatakan bahwa populasi minimal yang dimiliki masyarakat/petani untuk meningkatkan pendapatannya adalah 100 ekor untuk breeding (petelur) ayam dan 500 ekor untuk budidaya. Dengan skala usaha seperti itu maka bagi peternak breeding akan mendapat penghasilan bersih rata-rata per bulan Rp. 1.800.000. Sedangkan untuk yang budidaya dengan jumlah populasi sebanyak 500 ekor akan mendapat penghasilan bersih Rp2.400.000,- per bulan.
Jika dilihat dari analisa usaha serta pengalaman selama ini, maka beternak 500 ekor ayam Kampung setara dengan beternak ayam ras 7.000 ekor. Perhitungan ini berdasarkan keuntungan bersih yang diperoleh.
-
Beternak ayam Kampung dapat dilakukan di pekarangan rumah
Usaha peternakan ayam kampung yang jika dilakukan di pekarangan rumah akan bergantung pada luas pekarangan. Adapun luas yang dibuat dapat menampung populasi dengan jumlah 500 ekor hingga 6000 ribu ekor. Bila 10 ekor ayam membutuhkan lahan 1 meter persegi, maka lahan pekarangan 100 meter persegi dapat digunakan untuk usaha pembesaran 1000 ekor ayam. Semakin luas pekarangan yang bisa digunakan untuk ternak semakin banyak populasi ayam yang diusahakan.
Bila keuntungan dari harga jual ayam per ekor misalnya Rp5.000,- maka dalam waktu panen 60 hari untuk jumlah ternak 500 ekor diperoleh keuntungan Rp2.500.000,- atau Rp1.250.000,- per bulan. Usaha pembesaran ayam dengan jumlah 500 ekor hanya merupakan usaha sambilan yang tidak menyita waktu tetapi sudah memberikan tambahan pendapatan yang tidak kecil.
-
Beternak ayam kampung membuka lapangan usaha bagi kaum perempuan
Menurut Zubir (2003) beberapa daerah di Provinsi Jambi, wanita lebih berperan dalam perihal pemeliharaan ternak. Wanita lebih dominan terhadap kegiatan pascapanen, pemasaran dan penyimpanan uang hasil penjualan. Selanjutnya dilaporkan bahwa sebanyak 52,5% kegiatan usahatani ayam buras (bukan ras) diperankan oleh wanita, sedangkan sekitar 41,88% oleh pria, dan sejumlah 5,63% oleh anak-anak.
Pemeliharaan ayam yang dilakukan di pekarangan menyebabkan kaum perempuan terutama kaum ibu tidak perlu pindah tempat untuk berusaha atau bekerja.
-
Berpeluang besar ditingkatkan secara intensif
Pada umumnya, usaha beternak ayam kampung masih memakai cara tradisional. Namun, apabila usaha peternakan dikembangkan secara intensif akan lebih meningkatkan produktivitas ayam kampung dengan siklus produksi yang lebih banyak dalam setahun.
Sebagai contoh, dalam pemeliharaan tradisional, untuk menghasilkan ayam kampung bobot 1 kg memerlukan waktu sekitar enam bulan dan ayam jago bobot 2 kg sekitar 12 – 16 bulan. Sedangkan dengan beternak pola intensif untuk ukuran rata-rata 1 kg membutuhkan waktu hanya 70 – 75 hari.
Jika pola intensif dalam beternak ayam Kampung dijalankan dengan baik maka untuk mendapatkan ukuran 1 kg, peternak dapat menghemat waktu 105 hari.
Pasar ayam kampung pedaging yang masih sangat besar perlu diisi dengan cara beternak secara intensif.
-
Unggul dalam cita rasa
Munculnya berbagai rumah makan, restoran, dan gerai yang menyajikan ayam kampung memperlihatkan keunggulan cita rasa ayam kampung yang tidak tergantikan di lidah konsumen.
Keyakinan konsumen yang demikian kuat bahwa rasa daging ayam kampung lebih enak dibandingkan ayam ras merupakan keuntungan dalam hal pemasaran. Peternak ayam kampung dan rumah makan atau restoran yang menyajikan daging ayam kampung tak pernah sepi order.
-
Menciptakan kedaulatan di bidang pangan
Inilah alasan beternak ayam kampung yang terakhir. Hampir 70% kebutuhan daging ayam dalam negeri dipenuhi dari ayam ras pedaging. Tetapi industri peternakan ayam ras masih sangat bergantung pada pasokan bibit dan bahan baku pakan dari luar negeri sehingga kurang mampu menjaga kedaulatan pangan masyarakat Indonesia.
Kita perlu memacu produktivitas dan kualitas produk serta memberdayakan sumber daya lokal seperti ayam kampung. Ayam kampung merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, khususnya di perdesaan.