Cara bisnis ternak perah Friesian Holstein yang baik dan benar harus memperhatikan sapi dara (heifer). Mengapa begitu?
Sapi perah dara pengganti sapi indukan (replacement stock) yang umumnya diganti setiap tahun. Jumlah sapi induk yang harus diganti (culling atau pengafkiran) bisa mencapai 25% dari total populasi.
Oleh karena itu, jumlahnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang akan di culling dan ditambah dengan jumlah kematian yang mungkin terjadi. Sapi perah Friesian Holstein dara, merupakan perkembangan lanjutan dari pedet sapi perah dan berusia antara 13 minggu hingga 2 tahun yang berada pada masa lepas sapih dan belum pernah beranak. Sapi perah dara dikenal juga dengan sebutan heifers.
Fase pemeliharaan sapi perah dara juga merupakan salah satu cara bisnis sapi perah yang menguntungkan. Pemeliharaan yang tepat untuk hewan sapi perah dara akan memengaruhi kualitas sapi perah dewasa yang dalam masa produktifnya bisa menghasilkan susu dalam jumlah banyak dan berkualitas baik.
Selain dengan memelihara indukan mulai dari pedet hingga dara, banyak juga peternak membeli sapi perah dara untuk mengembangkan usahanya. Ketika membeli, pilihlah sapi perah dara dari induk yang memiliki catatan produksi cukup banyak, menunjukkan pertumbuhan yang baik dan normal, serta bebas dari penyakit dan cacat tubuh.
Dalam upaya pembesaran sapi perah dara, peternak perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan sapi perah dara. Faktor-faktor tersebut antara lain: jenis/bangsa sapi, ukurannya pada waktu lahir, pertumbuhannya dari lahir hingga umur 6 bulan, pakan yang diberikan, situasi dan kondisi induknya pada saat bunting, dan pengaruh lingkungan.
Sebaiknya pilih Sapi perah Friesian Holstein dara berada pada fase pertumbuhan sapi perah yang melalui proses penyapihan setelah usia pedet. Kemudian kenalkan dengan pakan dan pemberian air susu dihentikan secara perlahan-lahan. Pedet mulai disapih pada usia 3-4 bulan jika bobot badannya sudah memenuhi yakni kurang lebih 150kg.
Untuk menghasilkan sapi perah dara yang berkualitas baik, sapi dara harus memiliki nafsu makan yang kuat serta memiliki rumen yang sehat. Selain memengaruhi kualitas tubuh, pemberian pakan pada sapi dara juga mempengaruhi berahi. Jika pakan yang diberikan baik, sapi dara akan menunjukkan berahi pertamanya pada usia 9-10 bulan.
Saat sapi dara berusia 15 bulan dan beratnya sekitar 350kg, artinya sudah siap untuk dikawinkan. Sapi dara yang siap dikawinkan akan menunjukkan tanda-tanda yaitu kelaminnya merah, membengkak, mengeluarkan slem, gelisah, tidak mau makan, dan menaiki temannya atau apabila dinaiki ia akan diam.
Perawatan kesehatan sapi perah Friesian Holstein dara juga harus diperhatikan agar menghasikan calon induk dewasa yang sehat. Program kesehatan yang dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi, menjaga kebersihan kandang, menjaga kebersihan pakan, pemotongan kuku, dan memandikan sapi. Sapi perah dara juga harus mendapatkan latihan yang teratur agar menjadi jinak, sehingga saat nanti sudah saatnya diperah, susunya tidak membahayakan para pemerah susu.
Jika kualitas perawatan sapi dara rendah, akan memunculkan beberapa risiko di kemudian hari seperti kesulitan dalam melahirkan pertama kali, pedet yang dihasilkan kecil, atau produksi susu rendah. Selanjutnya perhatikan juga hal-hal sebagai berikut:
1. Pakan Sapi Perah Dara
Pakan sapi perah dara jenis Friesian Holstein terdiri dari hijauan sebanyak 60% (berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%), diberikan dua kali per hari pada pagi dan sore hari.
Pakan konsentrat yang diberikan, memiliki kandungan PK 16% dan TDN 75% sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 2 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan.
Sedangkan untuk pakan hijauan harus yang berkualitas, sebanyak 7 kg/ekor/hari, dan ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi 25 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan (atau 10% dari berat badan).
Adapun pemberian konsentrat ini dilakukan dengan cara bertahap dan di batasi maksimum 2 kg/ekor/hari. Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan makanan yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna. Makanan terdiri dari hijauan rumput 20 kg/hari/ekor yang mengandung 12 % atau 13 % protein kasar.
2. Pemberian Minum
Sapi perah sebaiknya diberikan air minum yang tidak dibatasi (ad libitum). Dan harus tersedia pada saat pakan diberikan, karena mengkonsumsi konsumsi bahan kering akan meningkatkan keinginan untuk minum.
3. Sistem Perkawinan
Sapi perah dara sudah siap dikawinkan setelah mencapai umur 15 – 18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, Hal tersebut disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan mencapai berat badan yang di kehendaki serta agar pada kisaran umur 28-30 bulan dapat beranak.
Apabila perkawinan sapi perah dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah kemandulan, kesulitan melahirkan dan produk susunya terlalu rendah.
Masa berahi seekor sapi cukup singkat, maka perlu pengamatan secara teliti terhadap tanda – tanda berahi seekor ternak agar program perkawinan dapat berjalan sesuai rencana. Setelah itu sapi perah dara bisa dikawinkan dengan dua cara yaitu:
- Perkawinan Alami; dilakukan oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan sperma kedalam alat reproduksi betina.
- Perkawinan Buatan; atau biasa disebut sebagai Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus
Perkawinan pertama sapi peranakan Friesian Holstein dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, karena besarnya pedet hasil IB. Dikuatirkan sapi yang baru pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan.
4. Tanda-tanda Birahi Sapi Dara
- Menaiki sapi-sapi lain walaupun sama-sama sapi dara.
- Senantiasa mengikuti sapi lain, menyenderkan kepala di bagian belakang, menciumi dan mienjilati sapi lain
- Keluar lender bening dari vulva.
- Vulva membengkak, lembab dan permukaan lebih halus sedangkan sapi yang tidak birahi vulva mengkerut
Namun demikian peternak harus berhati-hati dengan Silent heat, yaitu suatu keadaan pada hewan betina dimana hewan betina tersebut tidak menunjukkan gejala birahi tetapi proses ovulasi tetap terjadi (aktivitas siklus ovarium tetap normal). Kasus silent heat pada sapi, terjadi pada rentang waktu antara melahirkan sampai 60 hari pasca melahirkan. Angkanya dapat mencapai 44,3% dan antara hari ke-60 sampai 308 hari pasca melahirkan sebesar 11,0 %.
Demikianlah cara bisnis sapi perah dengan fokus pada pemeliharaan sapi perah friesian holstein dara. Semoga bermanfaat.