Kami sering mendapat pertanyaan dari calon peternak atau peternak seputar beternak kambing etawa. Beberapa pertanyaan yang umum ditanyakan:
- Bagaimana prospek / trend beternak kambing etawa ke depan?
- Kemana saya harus menjual kambing etawa saya?
- Kemana saya harus memasarkan susu kambing etawa kami?
- Berapa modal yang dibutuhkan untuk beternak kambing etawa?
Sangat wajar dan manusiawi bagi yang akan memulai beternak kambing etawa untuk mempunya pertanyaan tersebut. Ini adalah bagian dari analisa usaha ternak yang ujung-ujungnya pada perhitungan untung rugi beternak kambing etawa.
Tidaklah mudah menjawab secara pasti semua pertanyaan diatas melainkan hanya perkiraan. Pertanyaan pertama terutama merupakan subyek dari perdebatan bahkan di kalangan senior peternak kambing etawa. Seorang senior peternak di Jawa Timur (salah satu penggagas kontes kambing etawa) memprediksi secara skeptis harga kambing etawa 5 tahun ke depan akan mengalami kejenuhan jika harga tak terkontrol. Pemodal besarlah yang akhirnya mengendalikan pasar. Artinya memiliki pola yang sama seperti nasib hewan/tumbuhan eksotis lainnya. Senior peternak yang lain berpendapat secara optimis, sekian tahun ini kambing etawa eksis dan harga tetap naik. Artinya untuk tahun-tahun ke depan harganya lebih naik lagi (ratusan juta bahkan milyaran). Kami serahkan kepada peternak mana yang lebih dipercayai.
Demikian juga dengan pertanyaan nomer 2 dan 3 sangat subyektif untuk dijawab. Setiap daerah tidak memiliki daya serap pasar yang sama. Tidak semua orang rela mengeluarkan uang berjuta-juta hanya untuk seekor kambing etawa (mengingat kita negara berkembang). Namun boleh jadi ada yang rela mengeluarkan uang berjuta-juta demi seekor kambing etawa yang eksotis. Demikian pula tidak semua orang rela membeli puluhan ribu hanya untuk 1 liter susu kambing etawa. Semua sangat relatif dan bergantung pada daya serap pasar. Sah-sah saja ada yang dapat menjual berliter-liter susu kambing etawa. Namun sah-sah juga jika ada peternak yang tidak dapat menjualnya sama sekali.
Pertanyaan terakhir (nomer 4) akan menuntun kita pada jawaban dari semua pertanyaan diatas.
Secara sederhana modal beternak kambing etawa anda dapat dihitung dari modal lahan, kandang ditambah jumlah kambing etawa yang diternakkan. bahan baku di tiap daerah, besar, model dan kapasitas kandang.
Lalu berapa modal untuk membeli kambing etawanya? Tentunya modalnya bergantung pada jumlah dan harga per ekor kambing etawa tersebut. Harga seekor kambing etawa bergantung pada tujuan ternak kambing etawa anda .
Jika tujuan beternak kambing etawa untuk kontes, maka peternak membeli kambing etawa (kaligesing) yang memenuhi kriteria kontes. Jangan separuh hati dalam membeli kambing etawa kelas kontes. Artinya kambing kontes haruslah memenuhi semua kriteria dalam kontes. Akan menjadi kurang maksimal jika beternak kambing etawa tujuan kontes namun kambingnya hanya memenuhi sebagian unsur kriteria kontes. Sebagai contoh banyak peternak yang memelihara kambing etawa asal kepala hitam, asal ada jembrak tapi postur, bentuk telinga dan kepala kurang memenuhi syarat. Kami tidak berusaha menyalahkan, namun hemat kami hasilnya juga akan kurang maksimal. Kurang maksimal pada kriteria kontesnya, keturunannya dan tentunya harganya.
Beternak kambing kontes artinya juga mencetak kambing kriteria kontes juga. Artinya peternak fokus pada pengembang biakan (breeding). Jika indukan kambing etawa melahirkan anak, maka susu anaknya hendaknya diberikan seluruhnya kepada anaknya. Tujuannya agar pertumbuhan anak kambing etawa bagus (sesuai dengan kriteria postur kontes).
Lalu siapa pembeli atau pasar kambing etawa kontes? Tentunya penikmat hewan seni / eksotis ini. Pembeli atau peternak yang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah demi seekor kambing. Tentunya bukan pedagang hewan kurban atau akikah :).
Jika tujuan beternak kambing etawa untuk pedaging/perah, maka peternak cukup membeli kambing etawa yang memiliki postur bagus (besar), tebal dan layak untuk diperah. Selain itu yang paling penting memiliki harga yang realistis (murah). Peternak tidak perlu diributkan dengan aspek seni yang tidak relevan untuk tujuan ternak. Aspek seni yang malah membuat harga kambing etawa menjadi tidak realistis. Salah seorang peternak beranalogi: “Ibaratnya membeli mobil, jika hanya untuk mengangkut barang, lebih baik beli pick up. Namun jika untuk style/bergaya baru beli mobil mewah”.
Untuk kambing pedaging atau perah, harga kambing etawa betina biasanya lebih mahal daripada pejantan. Hal ini masuk akal karena kambing etawa betina berfungsi ganda untuk memproduksi anak dan susu. Sedangkan pejantan lebih murah daripada harga indukan karena hanya memiliki fungsi sebagai pedaging. Sebagai contoh harga dara kambing etawa Senduro siap kawin (umur 1 tahun) adalah Rp. 2 juta, sedangkan harga kambing pejantan etawa Senduro umur 1 tahun adalah Rp. 1,5 – 2 juta.
Pasar kambing etawa pedaging dan perah sudah sangat jelas. Selain untuk konsumsi daging biasa, juga ada faktor religius seperti akikah dan kurban. Setiap tahun peternak minimal dapat menjual untuk kurban. Jika tidak bisa menjual susunya, minimal dapat dijual untuk kurban.
Kami sering mendapat pertanyaan: “Siapa yang mau membeli kambing etawa untuk kurban? bukankah harganya mahal?”. Jawaban kami: “kambing etawa mana dulu yang anda maksud?”. Memang kambing etawa model kontes jarang di kurbankan. Yang ada kambing jawa, bligon dan kambing etawa Senduro. Semakin mahal harga kambing etawa, semakin sulit untuk menjualnya sebagai kambing konsumsi atau kurban.
kambing yang laku untuk kurban faktanya adalah dibawah Rp. 2 juta. Untuk harga 2 juta keatas konsumen sulit untuk membeli. Konsumen lebih suka patungan membeli sapi daripada membeli kambing kurban diatas Rp. 2 juta. Hal ini menjadi pelajaran penting kami dan peternak agar tetap realistis dalam melihat kebutuhan pasar.
Jika tujuan ternak kambing etawa sudah jelas maka diharapkan tidak ada keraguan lagi dalam beternak kambing etawa. Apakah untuk kontes dan pedaging/perah semua sah-sah saja. Jika tujuan jelas maka jenis kambing etawa yang akan diternakkan pun jelas. Akibatnya perhitungan modal awal dan prospek keuntungan menjadi jelas. Kita berharap tercipta peternak Indonesia yang realistis dalam beternak. Bukan menciptakan peternak (mohon maaf) yang oportunis (aji mumpung harga sedang tinggi) dan diombang-ambingkan oleh trend harga. Karena segala sesuatu berdasarkan alasan. Demikian pula beternak, tanpa ada alasan yang jelas maka tidak akan ada tujuan yang jelas. Sedangkan kita beternak bukan hanya untuk 1-5 tahun ke datang. Namun jika bisa selamanya dan (jika bisa) dapat diturunkan ke anak cucu (baca: investasi). Jangan resikokan investasi anda. Tentukan tujuan ternak anda sekarang.