Mengatasi Sulitnya Mendapatkan Hijaun Pakan Ternak Saat Kemarau dengan Silase

Mengatasi Sulitnya Mendapatkan Hijaun Pakan Ternak Saat Kemarau dengan Silase

Masalah yang sering dialami oleh peternak ruminansia (hewan pemamah biak seperti sapi, kambing, dan kerbau) pada musim kemarau, adalah ketersediaan hijauan pakan ternak (selanjutnya disebut dengan hijauan). Hijauan tersebut bisa berupa  rumput gajah, rumput raja, tanaman jagung, atau kacang-kacangan. Lebih-lebih kemarau tahun ini yang menurut prediksi BMKG (Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika), lebih kering dengan curah hujan yang rendah.

Seperti dikutip dari Bio Village, hijauan  baik dalam bentuk segar atau kering wajib tersedia dalam jumlah cukup sepanjang tahun. Ketersediaannya penting karena kebutuhan pakan hijauan bagi ternak ruminansia terutama sapi mencapai 70% dari total pakan.

Kurangnya pasokan hijauan tentu saja  berpengaruh pada asupan nutirisi untuk ternak ruminansia. Dengan demikian akan berpengaruh pula pada perkembangan tubuh dan kebutuhan bereproduksi. Kurangnya asupan nutrisi hewan ternak, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, berpengaruh pada pertambahan berat hidup (average daily gain/ADG).

Lantas, bagaina solusinya menyediakan hijauan untuk ternak ruminansia saat musim kemarau? Dengan mengawetkan hijauan ketika stok melimpah pada  musim penghujan.  Bagaimana cara mengawetkannya? Menurut Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari (BBIBS), dengan diproses untuk dijadikan silase.

Pembuatan silase

Bahan:

  1. Hijauan berbatang besar seperti rumput gajah, rumput raja, atau tanaman jagung
  2. Starter (tetes, molases, atau dedak) sebanyak 3 – 4% dari jumlah hijauan.

Peralatan:

  1. Drum kapasitas 200 liter.
  2. Chopper (mesin pencacah) atau parang.
  3. Plastik atau bahan kedap udara.

Proses pembuatan:

  1. Hijauan yang telah dipanen dilayukan terlebuh dahulu selama 1 hari untuk menurunkan kadar air.
  2. Cacah hijauan dengan ukuran sekitar 3 – 5 cm dengan chopper atau parang. Potongan hijauan tersebut dimaksudkan agar saat dipadatkan ke dalam drum, tidak ada ruang untuk oksigen dan air yang masuk.
  3. Cacahan hijauan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam drum dengan ketinggian 20 cm dari dasar drum, kemudian dipadatkan.
  4. Tambahkan starter (seperti misalnya tetes, molase, atau dedak), sebanyak 3 – 4% dari berat rumput. Apabila hijauannya berupa tanaman jagung yang sudah berbuah dengan usia 70-90 hari, tidak perlu penambahan starter.
  5. Tambah hijauan lagi hingga setinggi 20 cm, kemudian padatkan dan berikan starter sekali lagi. Demikian seterusnya sehingga tumpukan hijauan tersebut melebihi permukaan drum, sehingga tidak terjadi penyusutan isi drum. Selain itu agar tidak ada ruang kosong di antara permukaan hijauan paling atas dengan tutup drum.
  6. Setelah betul-betul padat, tutup bibir drum dengan plastik kemudian ditutup rapat.
  7. Proses dari hijauan menjadi silase membutuhkan waktu minimal 21 hari

Ciri-ciri silase yang berkualitas

Jika pembuatan dilakukan dengan baik dan benar, akan menghasilkan silase berkualitas dengan ciri-ciri; berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal dan berwarna kehijau-hijauan. Silase berkualtas idealnya memiliki pH antara 4 – 4,5.

Cara Pemberian Silase

  1. Sebelum diberikan kepada ternak, sebaiknya silase didinginkan atau dijemur terlebih dahulu, untuk mengurangi kadar alkohol.
  2. Pemberian silase dilakukan setelah ternak diberi makanan rumput kering. Hal ini dilakukan untuk mencegah diare pada ternak.
  3. Pemberian silase jangan melebihi 60% dari jumlah hijauan yang diberikan.
  4. Untuk ternak yang belum terbiasa makan silase, pemberian dilakukan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan segar. Porsi hijauan segar tersebut bisa  dikurangi secara bertahap, setelah perut ternak sudah mulai beradaptasi. Jika ternak  sudah terbiasa makan silase, bisa diberikan sesuai kebutuhan setiap hari. (GR)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *